Powered By Blogger

Jumat, 07 Januari 2011

Ini Cerpenku

ARTI SAHABAT

Mahasiswa dengan lulusan terbaik adalah Ani Fitriani dengan NPM 20207131, namaku dipanggil kumelangkah dengan pasti untuk pengukuhan sebagai sarjana ekonomi terbaik, dengan bangga ku tunjukkan izasah yang sudah ada digenggamanku ini..hingga …….
Kriiinnngggg……Kriiinnnngggg….jam waker dimeja belajarku sudah menunjukkan angka 06.45
“Ganggu aja nih jam g tau apa gw gi mimpi indah…” sambil meraba-raba jam waker
“ Mampus … dah jam 7 gw telat..mana jam 08.30 ada mata kuliah Audit lagi bisa-bisa kena omel nih ama Bu Sundari..”. Tampa berfikir panjang lagi langsung melangkahkan kaki ke kamar mandi, dengan jurus mandi koboinya dalam waktu tidak kurang 5 menit sudah selesai.
“Non, sarpannya?...” Bi Inah menawarkan nasi goreng kesukaan ku.
“G..Usah Bi! .. Aku dah kesiangan”. Sambil melihat kearah jam tangan Casio pemberian ayah waktu ulang tahunku ke-20.
Dengan sepatu masih ditenteng Aku masuk kedalam mobil Honda Jazz biru milik Ayah ku. Dengan keadaan rambut belum disisir Aku tancap gas ke arah Kelapa Dua. Sepanjang jalan teman-temanku menghubungi ku….
“Kawand kau dimana?...”Dinda sms.
“Dijalan bentar lagi sampe…” Balasku. Berselang 5 menit
“Ani…dah sampe mana?...”Aina sma.
“Dijalan bentar lagi sampe..”Balasku dengan muka aga BT karena mobilnya terjebak macet di jalan Margonda. Sambil melihat-lihat jam yang jarumnya masih terus berputar itu sudah menunjukkan pukul 8.
“Aduh dah jam 8 gimana nih bisa tepat waktu ga yah..?” hampir putus asa aku membunyikan klakson berkali-kali. Akhir nya setelah 20 menit terjebak macet mobilku sampai juga diparkiran kampus. Baru saja sampai terdengar lagu “tanpa bintang” dari Hpku. Dilihat layar Hpku Dini memanggil..langsung ku angkat telponnya.
“Hallo..Ani lo dimana dah jam berapa nih?..bentar lagi Bu Sundari masuk..”
“Iya nih juga dah sampe, lagi diparkiran..bentar lagi gw kesana tenang aja ..ok” sambil memakai sepatu. Dengan agak berlari aku kekelas yang kebetulan berada dilantai satu disalah satu gedung dari lima gedung disana…
“hay..teman-teman”. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
“Ya ampun dah jam berapa nih?..”Dinda sambil geleng-geleng.
“Ya ..w tau dah jam segini, sorry!” . Dengan garuk-garuk kepala.
Lima menit kemudian Bu Sundari masuk dengan laptop ditangan kirinya. 1 jam, 2 jam Bu sundari menjelaskan panjang lebar bahan materi kuliah. Dengan semangat Bu Sundari menjelaskan materinya walaupun tidak dibarengi dengan minat mahasiswanya. Tampa menghiraukan dosen didepan kelas banyak teman-temanku yang sibuk dengan dunianya sendiri. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10:30.
“Ada pertanyaan dari materi kali ini”. Tanya Bu Sundari
“Ga…Bu..” Anak-anak kelas serentak menjawabnya.
“Ok..kita lanjutkan materi minggu besok, Selamat siang!” Bu Sundari pergi keluar kelas.
Dalam hitungan menit kelas pun kosong ditinggal para penghuninya terkecuali kami.
“Ntar ada kuis g?” Tanya ku
“Kayaknya g ada deh” Saut Dinda.
“Tumben ni, tadi kok datengnya siang?”. Aina nyeletuk
“Hehe..Iya! gw bangunnya kesiangan maklum orang sibuk”. Jawabku ngeles
“ Ah lo mah alesan aja, palingan lo sibuk ganggu…”Ledek DIni
“Pembantu sebelah rumah gitu…Dasar” tambahku dengan memonyongkan bibir.
Mendadak kelas jadi rame dengan suara tertawa kita. Sambil menunggu jam kedua kami iseng-iseng duduk didepan gedung dengan harapan bisa melihat cowok yang ganteng-ganteng. Kami tidak sengaja mendengar mahasiswi jurusan lain membicarakan mahasiswa pindahan dari Batam. Dengan penasaran teman ku Aina mendengarkan dengan seksama.
Memang temanku yang satu ini sangat terobsesi dengan cowok yang ganteng apalagi cowok itu memiliki bentuk tubuh yang ideal.
“Yang mana ya orang?, jadi penasaran..”. Bisik Aina
“Tuh…tuh ..orangnya yang pake baju ijo yang deket motor merah..”Tunjuk cewek itu.
Dengan sepontan Aina mencari yang mana cowok yang dimasud kedua cewek itu tampa disadari aku pun ikut mencari siapa gerangan yang dimaksud cewek-cewek itu. Itukan…
“Pada liat g tuh yang dideket motor..mahluk tuhan paling seksi!” Sambil menunjuk Aina senyum-senyum.
“Ganteng banget..”Dinda menambahkan
“Yang mana?.. sih yang pake baju apa??”. Dini coba mengikuti arah pandangan ke dua sahabatnya.
“Itu..tuh.. yang pake baju ijo! ganteng kan?” Dinda menunjukkan.
“Ni. Ko diem aja ga mau liat siganteng?” ledek Dinda
“Yang kayak gitu dibilang ganteng..gantengan juga Agus” tegas ku
“Agus..masih lo ama dia?, betah lo pacaran ama dia…Lo dimana dia dimana?” ledek Dini
“Masih lah gw kan cewek yang setia, lagian dia kesana bukan untuk maen-maen kok” Belaku
Tak terasa kami memandangi cowok itu hingga jam menunjukkan pukul 12:00. Kami pun bergegas masuk kelas. 2 jam pun sudah berlalu akhirnya kami bisa pulang untuk istirahat, kami langsung menuju masjid yang letaknya tak jauh untuk menunaikan ibadah solat Dzuhur.
“Abis nih..pada mo kemana?”.Tanya Ku
“Makan yuk gw laper nih..”.Jawab Dini
“Nonton aja yuk mumpung ada Film seru”.Tambah Dinda
“Boleh juga tuh abis makan kita nonton, gimana Na, mo ikut g?”. Tanya ku
“Sip…sip gw mah ikut aja”. Jawab Aina sambil memegang sisir ditangannya
Setelah beres-beres kami pun meluncur kedaerah margonda disana ada mall yang cukup mewah menjadi target utama para anak muda seperti kami untuk menghabiskan banyak waktu. Setelah perut diisi kami berencana untuk nonton dibioskop. Setelah hampir 2 jam didalam filmnya pun selesai, kami langsung keluar mencari dimana toilet berada.
“Hah lega juga..”Aina dalam hati, tampa disadari dibelakangnya sudah ada cowok yang tadi pagi dia liat dikampus. Dia bersendagurau dengan teman-temannya dan yang penting dia dipanggil “Deni”.
“Din tebak tadi gw ketemu sapa?..Deni..Din..Deni”. Sambil senyum-senyum
“Deni sapa sih?…”. Dinda bingung
“Itu-tuh cowok yang tadi kita liat dikampus yang pake baju Ijo” Tambah Aina. Pokoknya gw harus jadi temennya tambah Aina.
Sejak saat itu Aina jadi sering bergaul dengan Deni walaupun dia tetap bisa berkumpul dengan kami. Hanya saja aku kurang senang melihat Aina berdekatan dengan dia. Akhirnya yang aku takutkan terjadi juga Aina pacaran sama Deni memang ini terbilang cepat baru kenalan 2 minggu sudah jadiaan. Aku berharap Deni sudah berubah.
“Liat deh Deni ngasih aku bunga..” Aina menunjukkan mawarnya
“Romantisnya…”. Ledek Dinda dan Dini
“Nanti kita mau nonton pada mo ikut gak? Gratis loh dia yang bayarin kok..”. Rayu Aina
“Yang bener ntar boong lagi ujung-ujungnya bayar diri-diri..”Ledek Dinda
“Ya benerlah dia sendiri kok yang ngajak katanya mo kenal ama kalian”. Tambah Aina
“Asik..makannya juga kan! Ni, lo ikut gak?” Dini mengagetkan lamunan ku
“Ah..apa? oh gw gak ikut soalnya dirumah ada arisan”. Elak ku
Akhirnya mereka betiga berangkat juga menggunakan mobil Extraill warna hitam milik Deni, bersenang-senanglah!.
Keesokan harinya saat mau masuk kekelas terdengar orang yang sedang bercengkrama, terkadang terdengar suara tertawa aku hapal suara-suara ini Aina, Dinda, Dini, dan Deni. Ya ini suara Deni, mau apa dia dikelasku?. Tak lama Deni keluar aku pun masuk sambil menjingjing kue sisa arisan kemarin.
“Nah, ini dia si Bos baru datang… Apaan tuh yang diplastik?” Sergap Dinda
“Ini kue sisa kemarin”. Jawabku
Senang melihat teman-temanku melahap habis kue yang aku bawakan. Tampa menyisakan sedikit pun untuk ku. Tak terasa sebentar lagi sudah libur akhir semester.
“Liburan mau kemana nih kita?” Iseng-iseng aku bertanya.
“Kemana ya?”Dini berfikir keras
“Ke puncak aja” Ide Dinda
“Gak mau, dingin tau! Lagi pula liburan kemarin kan ke Puncak” Dini mencari alas an
“Lo! Mau kemana Na?” Tanya Dinda
“Ke Anyer aja kayaknya asik tuh liat ombak?” Aina member saran
“Boleh juga tuh sarannya..Gimana pada mau gak?” Aku mengusulkan
Keputusan pun sudah didapat kami akan pergi ke Anyer. Tetapi sebelumnya kami pergi ke supermarket untuk belanja keperluan kami selama disana. Saatnya hari ini datang juga ku buka jendela kamarku membiarkana udara segar bertamu dikamarku. Hari ini pasti menyenangkan optimis dalam hati.
“Dah pada siap belom?” Kukirimkan sms sebelum kami berkumpul diparkiran kampus.
Kupacu mobilku agar cepat sampai kekampus karena aku sudah tak sabar untuk pergi berlibur bersama teman-temanku. Entah mengapa perasaan ku tak enak dari tadi pagi walaupun aku berusaha seperti biasanya tapi perasaan ini tak mau pergi ahh..semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan liburan ku.
Saat mobilku memasuki parkiran aku melihat ketiga sahabatku menunggu diDPR (dibawah pohon rindang) dengan gelisah.
“Tuh akhirnya datang juga” Dinda sambil menunjuk
“Lama banget sih, Ni”Aina bt
“Sorry, tadi gw ngisi bensin dulu jadi agak telat”Aku coba menjelaskan
Akhirnya mereka menerima alasanku. Setelah memasukkan barang-barang bawaan ke bagasi langsung mengarahkan setir mobil kearah pantai Anyer. Diperjalan kami membicarakan acara kami yang memang hanya satu hari ini. Setelah beberapa lama dimobil Dini dan Dinda telah terlelap sedangkan Aina sedang sibuk dengan BBnya…ahh gini nih nasib jadi sopir. Setelah 3 jam berkendara akhirnya kami tiba di Anyer.
“Sampai juga…gw mau berenang ah” Dinda berlari kearah pantai
“Dinda…tunggu aku…”Dini mengejar Dinda
“Ah! pada lebay deh gak pernah liat pantai apa….” Sejenak mereka terdiam. “gw kan juga mau berenang! ombak I comeming” Aina berlari menghampiri Dini dan Dinda.
Lucu melihat tingkah laku mereka seperti orang yang benar-benar baru melihat pantai. Saat kami bermain dipantai Aina seperti sedang mencari sesuatu mungkin tepatnya seseorang.
“Nyari sapa Na?”Aku penasaran
“Ah gak kok perasaan lo aja kali!”Aina mengelak. Aku semakin penasaran aja sebenarnya siapa yang sedang dia tunggu.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 2 siang perut kami pun protes meminta haknya untuk diisi. Kami membuka bekal yang sebelumnya sudah dipersiapkan dari rumah untuk kami makan bersama-sama. Dengan tikar yang aku bawa kami mencari tempat yang enak untuk beristirahat sakaligus menikmati bekal kami ini.
Karena kekenyangan dan tempat yang nyaman akhirnya kami tertidur dengan pulas tanpa terasa jam ditangan menunjukkan pukul 5 sore. Aku membangunkan ketiga temanku yang masih betah dengan mimpinya.
“Bangun…dah sore nih mau balik jam berapa?” Sambil ku goyang-goyangkan tubuh ketiga temanku itu.
“Ah dah jam tiga…dia jadi datang gak yah?” Aina mendadak bergegas mencari Hpnya
“Ada apa sih Na..repot amat?” Dinda terbangun
“Dah pada siap-siap gih bentar lagi kita balik ke Depok” Desak ku
Seperti prajurit mendapat perintah dari komandan mereka langsung bebenah. Saat Dini dan Aina memasukkan tas ke dalam bagasi, Aina bertemu dengan seorang lelaki sepertinya akrab sekali dengan Aina dan lelaki itu mengajak Aina tuk naik mobil besamanya. Beberapa saat kemudia
“Yuk kita jalan..”Aku mengajak
“Ntar tunggu Aina tadi pergi ama Deni kesana”. Dini menunjukkan arah kemana mereka pergi.
“Apa Deni!…Ko bisa! kemana mereka?” Aku kaget
“Ke..ke..sana! mang kenapa Ni?”. Dini penuh Tanya
“Ntar aja gw jelasin!..cepet kita susul Aina sebelum terjadi apa-apa sama dia” Desakku
Setelah beberapa saat mencari akhirnya ketemu juga mobil yang dikendarai Deni. Dinda berusaha mentelpon Hp Aina tapi selalu saja dirijek.
“Ayo dong Na lo angkat dong”. Dinda cemas
“Lo coba terus” Desak ku
“Ko dirijek sih, Den. Itukan temen aku yng telpon?” Aina berusaha mengambil kembali Hpnya.
“Aku gak mau aja diganggu saat bersama mu” Deni merayu sambil mengembalikan Hp Aina.
“Ah bisa aja deh kamu…Oya ngomong-ngomong kita mau kemana sih?” Aina sambil memperhatikan jalan yang sama sekali tidak dia kenal.
“Kamu tenang aja. Aku mau bawa kamu ketempat paling romantis” Deni sambil memegang tangan Aina.
Gila nih cowo sempurna banget, dah kaya ganteng romantis lagi Aina bicara dalam hati.
Dari belakang mobil ku membututi mobil Deni. Tapi sayang mobilku terjebak dilampu merah sehingga aku kehilangan jejak mobil Deni.
“Sial lampu merah lagi” Aku sedikit marah
“Coba lo sms Aina dia dimana?” Tambahku
Aina sudah sampai disebuah villa yang sangat indah dan megah yang sebelumnya dia melewati kampung nelayan dan bekas pabrik pengalengan ikan Tanpa sepengetahuan Deni Aina mengirim sms dimana dia sekarang.
“Indah banget pemandangannya” Aina menatap matahari yang akan kembali ke peraduannya.
Tanpa sepengetahuan Aina, Deni mengunci semua pintu di villa tersebut. Tak lama akhirnya kami sampai ditempat yang Aina beritahu, saat akan masuk kevilla pintu dalam keadaan terkunci. Karena kahwatir dengan Aina kami mencari tempat yang mungkin tidak terkunci.
Saat melewati sebuah jendela yang agak besar Dinda melihat Aina sedang berontak saat Deni hendak menciumnya.
“Ni,..itu Aina kan” Dinda menunjuk kearah dalam villa tersebut
“Mana?...bener-bener bajingan si Deni” Dengan kesal aku mendobrak pintu hingga pintu itu terbuka dengan paksa.
Tanpa menyadari kedatangan kami Deni masih mencoba untuk mencium Aina. Aku melihat vas bunga diatas meja lalu ku ambil dan ku hantamkan ke kepala Deni seketika Deni jatuh tersungkur.
“Na, lo gak apa-apa kan?” Tanya Dinda sambil memeluk Aina
“Gw gak apa-apa ?” Aina sambil mengusap air mata dipipi
“Ayo cepat kita pergi sebelum Deni sadar..!”Perintahku.
Saat mereka ingin keluar dari villa tersebut tiba-tiba Deni dengan kepala berlumuran darah sudah ada didepan pintu sambil memegang tongkat bisbol.
“Mau kemana kalian ..ah?” Sambil memegangi kepala nya
“Mau apa lo…mau nyakitin temen gw lagi ..ah”?Aku agak marah
“Tunggu…siapa ini sepertinya gw kenal…?” Deni mengingat-ingat. “Ah..gw inget sekarang lo kan Ani temennya Riska kan yang…”
“Yang lo sakitin sampe dia hamil! itu yang mau lo bilang kan..”Muka ku sampai memerah karena marah.
Mendengar itu Deni hanya tertawa seakan-akan dia puas dengan apa yang terjadi dengan temanku Riska. Karena mendengar percakapan ku dengan Deni ketiga teman ku hanya bisa diam bahkan Aina menangis. Hampir saja Aina memiliki nasib yang sama dengan teman karibku waktu SMA di Bandung dulu.
“Kalian lari lewat pintu belakang gw akan mencoba menahannya” Desakku
“Tapi Ni, ntar lo kenapa-napa lagi…”rengek Dini
“Tenang aja gw akan baik-baik aja kok…gw kan ikut karate ban hitam lagi..”Ledekku
“Lo..bisa aja..klo gitu kita duluan secepat mungkin kita cari bantuan..” Dinda menepak bahu ku. Seakan mengiakan aku menganggug.
Mereka bertiga telah pergi meninggalkan aku dengan Deni hanya berdua. Deni mendekat hendak memukulkan tongkat bisbolnya kearah ku, tapi aku bisa menghindar. Diayunkannya tongkat itu tapi aku berhasil mengelak dan Deni mulai menghancurkan benda-benda disekitar kita.
Aku coba melawan dengan jurus karate yang aku pelajari 1 – 2 pukulan sudah kulayangkan kewajah Deni, seperti tak memiliki tenaga tinjuku tak mempan dimukanya apa kah karena aku belum makan atau memang karena dia sudah terbiasa dengan pukulan-pikulan. Karena sedikit melamun aku jadi kurang waspada hingga akhirnya tongkat bisbolnya mendarat dikepalaku, seketika semua menjadi gelap.
Dilain tempat teman-temanku sudah berhasil keluar dari villa dan sedang mencari bantuan terutama polisi. Mereka berjalan kearah jalan raya berharap mereka menemukan seseorang untuk dimintai bantuannya.
“Gw, cape dari tadi jalan terus…” Rengek Dini
“Ayo jalan kita harus cepat menemukan bantuan…gak tau gimana nasib Ani disana bersama maniak itu” Dinda mulai kahwatir
“Tunggu!…”Aina mengagetkan
“Apaan sih…bikin kaget aja”Dini mengelus dada karena kaget
“Gw liat ada cahaya yang mendekat” Aina menyakinkan
Karena hantaman tongkat Deni aku tidak sadarkan diri entah apa yang telah Deni lakukan terhadapku. Dalam keadaan tak sadarkan diri aku teringat ucapan yang biasa teman baikku saat SMA dulu ucapkan “teman seperti berlian bila kita menjaga dengan sepenuh hati maka dia akan bersinar sangat terang yang nanti akan menerangi hidup kita”. Karena teringat dengan kata-kata itu aku tersadar dari pingsanku.
“Kau sadar rupanya..ku kira kau sudah mati..?” Ledek Deni sambil membangunkan ku dan menyandarkan tubuhku ke tembok secara kasar.
“ Sakit!..hah kenapa, kau takut dengan ku?” Aku sambil tersenyum
“Apa lo bilang “takut” gak salah tuh..hahahha”terdengar Deni tertawa.
Dengan kesadaran yang sangat tipis karena banyak darah yang keluar dari kepala ku. Aku mencoba meraba apapun yang bisa aku raih. Aku dapat meraih asbak yang tak jauh dari ku, dengan sekuat tenaga aku pukulkan asbak itu ke kepalanya hingga pecah berantakan dan Deni jatuh tersungkur kelantai.
“Sorry! Gw harus lakukan ini karena lo udah nyakitin temen-temen yang gw sayangi”. Dengan tergopoh-gopoh aku pergi meninggalkan Deni yang tak sadarkan diri.
Karena darah yang terus mengalir dari kepala ku akhirnya aku kembali tak sadarkan diri yang hanya beberapa langkah dari Deni.
Akhirnya Aina, Dinda, dan Dini datang membawa bantuan dan polisi. Alangkah kagetnya mereka saat melihat tubuh ku tergeletak bersimbah darah dekat tubuh Deni yang juga bersimbah darah. Aku pun dibawa kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, mungkin karena peralatan yang tidak memadai aku dipindahkan kerumah sakit di Jakarta.
Sudah tiga hari aku tak sadarkan diri dengan selang infuse dan oksigen dihidung ku. Seakan bermimpi aku bertemu dengan Riska dan anaknya..oya saat itu Riska sedang mengandung 2 bulan yang akhirnya hidupnya harus berakhir dengan sayatan dipergelangan kirinya. Riska mengucapkan aku harus bersama dengan teman-teman ku dan terima kasih untuk apa yang telah aku lakukan ke Deni.
Aku pun sadar dari masa kritisku dan teman-temanku menangis bahagia seakan menyambutku kembali kedatangan ku.


*) Terimakasih untuk teman-temanku yang selama ini telah memberi warna dalam hidupku







Cerpen Pertamaku

Saat ini saya sedang belajar membuat cerpen ..
kebanyakan cerpen-cerpen saya terinspirasi dari hayalan-hayalan yang saya karang sendiri..
mungkin ini terbilang lucu, ya tapi saya percaya pada suatu saat nanti cerpen-cerpen saya akan diterima oleh orang banyak...

___Amien___

Tulisanku

Sahabat

Senang bersama....
Sedih bersama....
Tertawa bersama....
Menangis bersama....
Hari demi hari kita lalui bersama....

Terima Kasih sudah mau menjadi sahabatku....